Beranda | Artikel
Pohon Keimanan
Rabu, 14 November 2018

Bismillah.

Allah berfirman (yang artinya), “Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah memberikan suatu perumpamaan tentang suatu kalimat yang baik seperti sebuah pohon yang baik, yang pokoknya kokoh dan cabang-cabangnya menjulang di langit. Ia memberikan buah-buahnya pada setiap muslim dengan izin Rabbnya. Dan Allah memberikan perumpamaan-perumpamaan bagi manusia mudah-mudahan mereka mau mengambil pelajaran.” (Ibrahim : 24-25)

Imam al-Baghawi rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud ‘kalimat yang baik’ di sini adalah kalimat laa ilaha illallah. Beliau juga menjelaskan bahwa perumpamaan ‘pohon yang baik’ itu maksudnya adalah pohon kurma. Ibnu Abbas menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah sebuah pohon di surga (lihat Tafsir al-Baghawi, hlm. 685)

Ibnu Abbas juga menafsirkan bahwa yang dimaksud ‘kalimat yang baik’ adalah syahadat laa ilaha illallah. Adapun yang dimaksud ‘pohon yang baik’ di sini adalah gambaran seorang mukmin. Yang pokoknya kokoh tertanam di dalam hati, yaitu kalimat laa ilaha illallah, dan cabangnya menjulang tinggi di langit maksudnya amal-amalnya terangkat ke langit. Ayat ini memberikan perumpamaan tentang keadaan seorang mukmin yang ucapannya baik dan amalannya juga baik. Perumpamaan seorang mukmin seperti pohon kurma. Senantiasa muncul darinya amal salih pada setiap waktu dan musim, di kala pagi maupun sore (lihat Tafsir al-Qur’an al-Azhim, 4/491)

Rabi’ bin Anas rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud ‘pokoknya kokoh’ yaitu keikhlasan kepada Allah semata dan beribadah kepada-Nya tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Beliau juga menafsirkan bahwa yang dimaksud ‘cabang-cabangnya’ adalah berbagai amal kebaikan. Adapun maksud dari ‘ia memberikan buahnya pada setiap muslim’ yaitu amalan-amalannya teragkat naik ke langit pada setiap awal siang dan akhirnya. Kemudian beliau mengataan, “Ada empat amalan yang apabila dipadukan oleh seorang hamba maka fitnah-fitnah tidak akan membahayakan dirinya, keempat hal itu adalah; keikhlasan kepada Allah semata dan beribadah kepada-Nya tanpa tercampuri syirik sedikit pun, rasa takut kepada-Nya, cinta kepada-Nya, dan senantiasa mengingat/berdzikir kepada-Nya.” (lihat ad-Durr al-Mantsur, 8/512) 

Demikianlah perumpaan tentang keberadaan seorang mukmin. Ia laksana sebatang pohon yang bagus. Akarnya tertancap kuat di dalam bumi berupa ilmu dan keyakinan. Adapun cabang-cabangnya berupa ucapan-ucapan yang baik, amal-amal salih, akhlak mulia, dan adab-adab yang indah; semuanya menjulang tinggi di langit. Amal-amal dan ucapan-ucapan yang baik pun terangkat pahalanya ke langit ke hadapan Allah; yang itu semuanya merupakan buah dari pohon keimanan. Dengan itu semua maka seorang mukmin bisa mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang-orang lain di sekitarnya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 425)

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, bahwa iman adalah ucapan dengan lisan, amalan dengan anggota badan, dan keyakinan di dalam hati. Iman bertambah dengan melakukan ketaatan dan menjadi berkurang karena melakukan kemaksiatan (lihat Lum’atul I’tiqad, hlm. 98 dengan Syarah/keterangan dari Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)

Kalimat iman yaitu laa ilaha illallah mengandung sikap berlepas diri dari segala bentuk sesembahan selain Allah dan menetapkan bahwa ibadah ditujukan kepada Allah semata. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya dia telah berpegang-teguh dengan buhul tali yang paling kuat dan tidak akan terputus…” (al-Baqarah : 256). Yang dimaksud ‘urwatul wustqa’/buhul tali yang paling kuat adalah kalimat laa ilaha illallah, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama tafsir (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 1/684)


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/pohon-keimanan/